.:" I love you, not only for what you are, But for what I am when I am with you ":.

Kamis, 22 Januari 2009

RAGAM PUASA SUNNAH

Setiap kewajiban memiliki nafilah (sunnah) yang dapat mempertahankan keberadaan kewajiban tersebut serta menyempurnakan kekurangannya. Shalat lima waktu misalnya, memiliki shalat-shalat sunnah baik sebelum atau sesudahnya. Haji wajib sekali seumur hidup, selebihnya adalah sunnah.


Puasa pun demikian, puasa wajib dikerjakan pada bulan Ramadhan sedangkan puasa yang sunnah cukup banyak, diantaranya :

PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL

Keutamaan puasa ini adalah bahwa siapa yang mengerjakannya setelah puasa Ramadhan, maka seakan-akan dia telah berpuasa sepanjang tahun. ”Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka ia seperti berpuasa Ad-dahar (sepanjang tahun).” (HR. Muslim)

PUASA TIGA HARI SETIAP (TENGAH) BULAN

Rasulullah bersabda, “Tiga hari dalam setiap bulan (hijriyah), serta dari Ramadhan ke Ramadhan, semua itu seolah-olah menjadikan pelakunya berpuasa setahun penuh.” (HR.Ahmad & Muslim). Yang paling utama, puasa tiga hari tersebut dilakukan pada ayyamul bidh (hari-hari putih/terang, yakni malam-malam purnama) pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya. Dasarnya adalah hadist Abu Dzar bahwa Nabi bersabda, “Wahai Abu Dzar, jika engkau berpuasa tiga hari pada setiap bulan, maka berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas.” (HR. Ahmad Nasai)

PUASA ‘ARAFAH

Disebutkan dalam shahih Muslim bahwa Nabi ditanya tentang puasa Arafah, menjawab, “Dia (puasa Arafah) menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan dating.” Demikian pula disunnahkan berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

PUASA ASYURA’

Rasullah saw. Pernah ditanya tentang puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram), maka beliau menjawab, “Dia menghapuskan dosa tahun yang lalu. “Demikian pula secara umum puasa di bulan Muharram, sebagaimana terdapat di dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi ditanya tentang puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, maka beliau menjawab, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al-Muharram.”

PUASA BULAN SYA’BAN

Di dalam Ash-Shahihain dari Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat Nabi saw. Berpuasa selama sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa seperti yang dilakukannya pada bulan Sya’ban.” Disebutkan dalam riwayat yang lain, “Beliau banyak berpuasa pada bulan itu, kecuali hanya sedikit hari-hari (beliau berbuka) didalamnya.

PUASA SENIN KAMIS

Ketika Rasulullah ditanya tentang puasa pada hari senin maka beliau bersabda, “Itu adalah hari aku dilahirkan, hari itu aku diutus sebagai Nabi, atau hari diturunkannya Al-Qur’an kepadaku.” Di dalam riwayat yang bersumber dari Aisyah dia berkata, “Nabi saw, senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis.” (HR.Lima Imam Ahli hadist, kecuali Abu Dawud). Sabda Nabi, “Amal-amal itu diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang jika amalku ditampakkan pada saat aku sedang berpuasa.” (HR Tirmidzi)

PUASA NABI DAWUD

Walau Nabi tidak melaksanakan puasa sunnah ini, tapi ia membolehkan/membenarkan ini dilaksanakan, sebagaimana perkataannya kepada Abdullah Ibnu Amr, “Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari, yang demikian itu adalah puasa Dawud, puasa tersebut adalah puasa yang paling baik.” Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih baik daripada itu.” Maka Nabi bersabda, “Tidak ada yang lebih baik daripada puasa tersebut.”

Selain puasa sunnah tersebut, juga ada puasa lain yang dianjurkan seperti puasa bagi orang belum mampu menikah, atau yang menghajatkan kebaikan tertentu dengan puasa.


.: Bulletin “SAJADA” Edisi 01-03 Tahun VI :.

Tidak ada komentar: