.:" I love you, not only for what you are, But for what I am when I am with you ":.

Jumat, 21 September 2012

TANGISAN SEORANG ISTRI SAAT MEMANDIKAN JENAZAH SUAMI

Seorang isteri menangis-nangis kerana mahu mandikan jenazah suaminya. Bapa mertua dengan polis forensik tidak membenarkan. Sambil menangis isteri berkata “Ini janji kami suami isteri.. jika abang mati dulu kamu (isteri) mandikanlah jenazah abang, Andai kamu (isteri) mati dulu dari abang, abang akan mandikan jenazah kamu.. ”

Dari luar bilik mayat hospital seorang ustaz masuk bertanya apahal yang terjadi, kemudian ustaz tu berkata : “Tidak mengapalah kalau isteri nak mandikan jenazah suami..” Lalu ustaz bersama beberapa orang lagi temankan si isteri memandikan jenazah suaminya.

Dengan tenang isteri membasuh muka suaminya sambil berdoa, “Inilah wajah suami yang ku sayang tetapi Allah lebih sayangkan abang.. Moga Allah ampunkan dosa abang dan satukan kite di akhirat nanti..”

Membasuh tangan jenazah suami sambil berkata “Tangan inilah yang mencari rezeki yang halal untuk kami, masuk ke mulut kami. moga Allah beri pahala untuk mu suami ku..”

Membasuh tubuh jenazah suami smbil berkata “Tubuh inilah yang memberi pelukan kasih sayang pada ku dan anak-anak, moga Allah beri pahala berganda untukmu wahai suamiku”

Membasuh kaki jenazah suami smbil berkata “dengan kaki ini abang keluar mencari rezeki untuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari semata-mata untuk mencari sesuap nasi, terima kasih abang…moga Allah beri kau kenikmatan hidup d akhirat dan pahala yang berlipat kali gandanya”

Selesai memandikan jenazah suaminya, si isteri mengucup sayu suaminya dan berkata “terima kasih abang kerana aku bahagia sepanjang menjadi isterimu dan terlalu bahagia dan terima kasih kerana meninggalkan aku bersama permata hatimu yang persis dirimu dan aku sebagai seorang isteri redha akan pemergianmu kerana kasih sayang Allah pada mu.”

Betapa sucinya hati seorang isteri pada suaminya. Semoga menjadi iktibar untuk kita bersama. InsyaAllah.

Arsip : My Berita

KEINGINAN SEORANG ISTRI

Kepada semua suami-suami di dunia, inilah yang sebenarnya diinginkan para istri.
Suamiku.

Mungkin pernah tersirat di dalam benakmu bahwa kau telah salah memilihku menjadi pasanganmu. Kadang kala aku mengganggumu dengan semua rajuk manjaku. Aku juga sering membatasi kebebasanmu yang tak sama lagi seperti dulu. Aku sering mengusirmu karena asap rokok itu. Bahkan tertidur lebih dulu saat kau pulang larut malam.

Tetapi, di saat kau sibuk dengan pekerjaanmu, ingatlah bahwa aku selalu setia menunggumu. Kudoakan kau di dalam kecemasanku.

Dan saat aku rela pergi bersama dirimu, ingatlah bahwa ada banyak orang yang kutinggalkan demimu. Orang tuaku, sanak saudaraku, sahabat-sahabatku. Dan kubiarkan kau mengisi seluruh kekosongan hatiku.

Saat aku tak sengaja melakukan sebuah kesalahan. Janganlah ego dan kekasaran yang ditunjukkan. Tetapi perlakukan aku dengan lembut dan bicaralah dalam ketenangan.
Saat aku ingin kau menemaniku, dan kau terlarut dalam kesibukanmu, hatiku teriris dan haus akan perhatianmu. Yang kupinta adalah sedikit perhatianmu itu.

Saat kau ingin pergi dan aku ingin kau tinggal di sisiku, percayalah itu bukan melulu karena cemburu. Tetapi karena aku tak ingin jauh darimu.

Saat aku menangis tersedu, aku ingin kau memelukku dan mengatakan "semuanya akan baik-baik saja."

Saat aku sedang gusar, peganglah tanganku. Tanpa berkata apapun aku tahu bahwa kau tak akan pernah meninggalkan aku.

Ceritakan semuanya kepadaku, bukan seperti kau bercerita kepada pasanganmu, tetapi seperti kau kepada sahabatmu.

Apabila keinginanku mulai terlalu banyak, ingatkan aku untuk selalu bersyukur memilikimu. Dan bahwa semua yang dimiliki di dunia ini akan kita tinggalkan kelak.

Dan bila aku dikalahkan oleh rasa kantukku, bangunkan aku dengan lembut. Ingatkan aku akan tanggung jawab yang belum kuselesaikan. Bukan dengan suara garang yang membuat nyaliku ciut.

Ketika kau sedang terhanyut dalam lautan emosi, pandang mataku dalam-dalam. Jauh di dalam beningnya, ada cinta untukmu, dan akulah yang kau cintai itu.

Aku yang selalu mencintaimu.

Istrimu.

Arsip : Vemale

Senin, 17 September 2012

MEMBAYAR LUNAS KASIH SAYANG ORANG TUA

Vemale.com - Selama ini aku tidak sadar betapa besar kasih sayang orang tua yang diberikan padaku. Aku merasa biasa-biasa saja, sampai sebuah kejadian kecil membuatku iseng menghitung berapa rupiah yang bisa aku bayar untuk melunasi kasih sayang mereka.

Di sebuah akhir pekan, aku masih berkutat di kantor hingga larut malam. Ada beberapa laporan pajak yang harus segera diselesaikan. Hingga tak sadar, jam menunjukkan pukul 11 malam. Lokasi kantorku terpencil, menelepon taksi untuk pulang harus mengantri karena malam minggu banyak penumpang yang membutuhkan taksi. Tidak ingin menunggu lama, aku memutuskan untuk menelepon ayahku. Beliau tidak keberatan menjemputku ke kantor.

Sesampainya di rumah, aku terdiam. Aku sudah dewasa, sangat jarang ayah mengantar jemput seperti saat aku masih sekolah dulu. Tiba-tiba terpikirkan olehku, biaya taksi yang akan aku keluarkan seandainya ayah tidak menjemputku. Dari kantor ke rumah kira-kira 60 ribu. Iseng, aku keluarkan kertas dan kalkulator, aku mulai berhitung berapa kira-kira biaya yang dikeluarkan orang tua untuk kelangsungan hidupku hingga saat ini.

Usia: 24 tahun

BIAYA MAKAN:

Asumsikan saja satu kali makan dan minum seharga Rp 10.000

Rp 10.000 x 3 kali makan per hari x 24 tahun x 365 hari = Rp 262.800.000

Aku langsung melotot, jumlah yang sangat besar bukan? Padahal aku yakin setiap menu yang disajikan ibu di rumah melebihi angka tersebut. Belum termasuk biaya camilan kesukaanku, kue ulang tahun yang dibuat ibu setiap hari ulang tahunku, dan semua makanan yang dibuat berdasarkan apa yang aku suka. Mari lanjut berhitung..

BIAYA TRANSPORTASI:

Asumsikan saja biaya PP rumah-sekolah adalah Rp 20.000, sekolah 6 hari dalam seminggu.

Rp 20.000 x 288 hari x 17 tahun sekolah = Rp 97.920.000

Aku kembali tercengang. Ini baru biaya kasar, belum antar jemput yang dilakukan ayah jika aku harus les sampai malam, menjemputku ke rumah teman, mengantarku ke acara sekolah, dan semua biaya transportasi seumur hidupku untuk rekreasi, atau sekedar jalan-jalan. Pasti nilainya lebih banyak daripada ini. Termasuk biaya capek saat ayah menerjang macet berjam-jam.

BIAYA TINGGAL:

Tidak tahu berapa biaya tinggal di rumah, asumsikan saja Rp 100.000 per malam (harga rata-rata hotel termurah).

Rp 100.000 x  24 tahun x 365 hari = Rp 876.000.000

Sekali lagi aku yakin, rumahku yang tidak mewah ini melebihi nyamannya hotel bintang lima yang bisa menawarkan biaya jutaan rupiah setiap malam. Aku bisa menelepon sebebasnya tanpa biaya tambahan, melihat tv, mendapat koneksi internet, mendapat makanan gratis dari kulkas (jika mengambil makanan di dalam kulkas kamar hotel, harganya sangat mahal). Belum lagi fasilitas tidak akan diusir dan mendapat perlindungan terbaik di dunia.

Ini hanya biaya yang tampak, belum termasuk pakaian, perawatan tubuh setiap hari, dan sebagainya. Termasuk biaya imunisasi, biaya obat, biaya sekolah, uang jajan, uang rekreasi dan setumpuk hal lain yang bila kuhitung.. mungkin kalkulatorku akan error.

Belum lagi dengan waktu-waktu yang diberikan ayah dan ibu saat merawatku, saat aku sakit, mengajarkan berbagai hal dan sebagainya. Semua itu tentu mahal harganya, tidak tergantikan, dan orang tuaku.. TIDAK MEMINTA BAYARAN SEDIKITPUN.

Tanpa kusadari air mataku menetas.

Sejak saat itu, aku semakin menghormati ayah dan ibu. Sebisa mungkin aku menyediakan waktu untuk mereka. Sebisa mungkin aku membahagiakan mereka. Tak sanggup jika aku harus membayar semuanya dengan materi. Bahkan jika aku memberi dunia, hal itu tidak cukup.

Terima kasih, ayah, ibu..