.:" I love you, not only for what you are, But for what I am when I am with you ":.

Selasa, 31 Januari 2012

MENGINGATKANMU.... BAHWA KAU PUNYA IBU


Duhai bapak, duhai ibu…
Sebagai anak, tak banyak yang sudah kulakukan. Meski hanya sekedar membuat bapak dan ibu tersenyum. Aku hanya anak biasa yang telah ibu lahirkan dengan susah payah. Sementara ketika aku sudah sebegini dewasa, aku justru tak pernah ingat momen berharga itu. Duitku hanya duitku. Sementara saat ku susah, namamu yang selalu menjadi sebutanku. Membasahi bibir dan lisanku.


Ketika tiba hari lahirku, bukan ibu yang kuingat. Malah aku teringat teman-temanku. Mengajak mereka makan-makan, hura-hura dan canda tawa. Sedangkan ibu, huff sedikit pun aku tidak ingat kamu. Kamu yang dulu dengan pelan membelaiku di perutmu. Mengaduh, merintih dan mengeluh, karena hadirku membuatmu tersiksa. Tak ada nasi yang masuk di perutmu. Hanya mual yang sangat, menemani hari-hari hamilmu. Tapi kau bukannya marah, kamu hanya tersenyum bangga karena aku adalah bayimu.
Ketika tiba hari lahirku, bukan ibu yang kuingat. Malah aku teringat teman-temanku. Mengajak mereka makan-makan, hura-hura dan canda tawa
Kini, saat aku besar, aku malu bertemu kamu di sekolahku. Aku malu saat kau memanggilku dan mencium pipiku di depan teman-temanku. Bagiku itu sangat memalukan. Bukan apa-apa, hanya karena ibu sudah beruban banyak. Dan masak aku harus dicium di depan teman-teman, itu memalukan…Tapi ternyata aku selama ini tak tahu. Bahwa ciuman itulah bukti sayangmu padaku selama ini. Bangga punya anak aku, dan ibu inginkan dunia tahu, bahwa anaknya berprestasi. Hanya itu yang ibu inginkan. Hanya itu…

Semakin hari, semakin sering hati orang tua tersakiti. Lisanku yang tajam, sikapku yang tidak sopan, merasa benar, merasa modern, dan merasa lebih pandai dan pintar. Kadang kalau berbeda pendapat dengan ibu, aku selalu bilang bahwa ibu salah. Bila berbeda pendapat dengan ayah, aku selalu bilang ayah kolot, jadul dan tidak paham agama. Padahal usiaku masih saja SMA. Jenggotku pun belum lagi ada. Tapi tanganku lantang menunjuk kalian, dengan rasa bersalah kini aku mohon ikhlasmu.

Ingatkah dulu saat aku memilih dia menjadi mendampingku. Aku melangkah sendiri, seolah kalian tiada lagi. Padahal seharusnya aku minta ridamu, ridha yang akan mengantarkanku menuju jannahNya.
Ingatkah dulu saat aku memilih dia menjadi mendampingku. Aku melangkah sendiri, seolah kalian tiada lagi
Atau saat dulu kita pernah berperang kata-kata. Dengan sengaja aku berkata kasar, karena perbedaan pendapat yang sangat tajam. Aku menyesal, dari lubuk hati yang paling dalam.

Allah maha mendengar segala pinta hambaNya. Dan kali ini aku meminta, agar lebaran tahun ini aku bisa bertemu kalian, orangtuaku. Aku akan tersenyum, meminta maaf dan ikhlas ibu dan ayah. Bersamamu dengan tawa bersahaja. Dekapan hangat penuh sayang dari orang tua kepada anaknya. Dan linangan air mata kesyukuran, karena di Ramadhan kali ini, aku masih bisa menjumpai bapak dan ibu lagi...Di hari kemenangan nanti, semoga semuanya segera terikhlaskan…

Oleh : Burhan Sodiq

Arsip : Ungkapan Hati sang bidadariwanita sholehah

Senin, 30 Januari 2012

SURAT DARI HAWA UNTUK ADAM


Adam..... Maafkan aku jika coretan ini memanaskan hatimu. Sesungguhnya aku adalah Hawa, temanmu yang kau pinta semasa kesunyian di syurga dahulu. Aku asalnya dari tulang rusukmu yang bengkok. Jadi tidak heranlah jika perjalanan hidupku senantiasa inginkan bimbingan darimu, senantiasa akan tergelincir dari landasan, karena aku buruan syaitan. 


Adam... Maha suci Allah yang mentakdirkan kaumku lebih ramai bilangannya dari kaummu di akhir zaman, itulah sebenarnya ketelitian Allah dalam urusanNya. Jika bilangan kaummu melebihi kaumku niscaya merahlah dunia karena darah manusia, kacau-balaulah suasana, Adam sama Adam bermusuhan karena Hawa. 

Buktinya cukup nyata dari peristiwa Habil dan Qabil sehingga pada zaman cucu-cicitnya. Pun jika begitu maka tidak selaraslah undang-undang Allah yang mengharuskan Adam beristeri lebih dari satu tapi tidak lebih dari empat pada satu waktu. 

Adam... Bukan karena banyaknya isterimu yang membimbangkan aku. Bukan karena sedikitnya bilanganmu yang memusingkan aku. Tapi... aku risau, gundah dan gulana menyaksikan tingkahmu. Aku sejak dulu sudah tahu bahwa aku mesti tunduk ketika menjadi isterimu. Namun... terasa berat pula untukku meyatakan isi perkara. 

Adam... Aku tahu bahwa dalam Al-Quran ada ayat yang menyatakan kaum lelaki adalah menguasai terhadap kaum wanita. Kau diberi amanah untuk mendidik aku, kau diberi tanggungjawab untuk menjaga aku, memerhatikan dan mengawasi aku agar senantiasa didalam ridha Allah. 

Tapi Adam, nyata dan rata-rata apa yang sudah terjadi pada kaumku kini, aku dan kaumku telah ramai mendurhakaimu. Ramai yang telah menyimpang dari jalan yang ditetapkan. Asalnya Allah menghendaki aku tinggal tetap dirumah. Di jalan-jalan, di pasar-pasar, di bandar-bandar bukan tempatku. Jika terpaksa aku keluar dari rumah seluruh tubuhku mesti ditutup dari ujung kaki sampai ujung rambut. 

Tapi.. realitanya kini, Hawa telah lebih dari sepatutnya. Adam... Mengapa kau biarkan aku begini? Aku jadi ibu, aku jadi guru, itu sudah tentu katamu. Aku ibu dan guru kepada anak-anakmu. Tapi sekarang diwaktu yang sama, aku maju menguruskan hal negara, aku ke hutan memikul senjata. Padahal, kau duduk saja. Ada diantara kau yang menganggur tiada kerja. Apakah kau sekarang tidak lagi seperti dulu? Apakah sudah hilang kasih sucimu terhadapku? 

Adam... Marahkah kau jika kukatakan andainya Hawa tergelincir, maka Adam yang patut tanggung! Kenapa..? Mengapa begitu ADAM ?? Ya! Ramai orang berkata jika anak jahat ibu-bapak tak pandai mendidik, jika murid bodoh, guru yang tidak pandai mengajar! Adam kau selalu berkata, Hawa memang keras, tak mau dengar kata, tak mudah diberi nasihat, kepala batu, pada hematku yang dhaif ini Adam, seharusnya kau tanya dirimu, apakah didikanmu terhadapku sama seperti didikan Nabi Muhammad SAW terhadap isteri-isterinya? Adakah Adam melayani Hawa sama seperti psikologi Muhammad terhadap mereka? Adakah akhlak Adam-Adam boleh dijadikan contoh terhadap kaum Hawa? 

Adam... Kau sebenarnya imam dan aku adalah makmummu, aku adalah pengikut-pengikutmu karena kau adalah ketua. Jika kau benar, maka benarlah aku. Jika kau lalai, lalailah aku. Kau punya kelebihan akal manakala aku kelebihan nafsu. Akalmu sembilan, nafsumu satu. Aku...akalku satu nafsuku beribu! Dari itu Adam....pimpinlah tanganku, karena aku sering lupa, lalai dan alpa, sering aku tergelincir didorong oleh nafsu2ku. Bimbinglah aku untuk menyelami kalimat Allah, perdengarkanlah aku kalimat syahdu dari Tuhanmu agar menerangi hidupku. Tiuplah ruh jihad ke dalam dadaku agar aku menjadi mujahidah kekasih Allah. 

Adam... Andainya kau masih lalai dan alpa dengan ulahmu sendiri, masih segan mengikut langkah para sahabat, masih gentar mencegah mungkar, maka kita tunggu dan lihatlah, dunia ini akan hancur bila kaumku yang akan memerintah. 
Malulah engkau Adam, malulah engkau pada dirimu sendiri dan pada Tuhanmu yang engkau agungkan itu... ^_^

Jumat, 27 Januari 2012

AYAH....... KEMBALIKAN TANGAN DITA


Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.


Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah. "Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.

NB >> Buat semua yang telah menjadi orang tua dan atau calon orang tua.... Ingatlah.... semarah apapun, janganlah kita bertindak berlebihan... Sebagai orang tua, kita patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially pada anak2 yg masih kecil karena mereka masih belum tahu apa2...... :) [:)]
Kutipan Status FB Kawan @Henny Suheni

Rabu, 25 Januari 2012

JANGAN MENANGIS DINDA


Sampai sekarang aku tak mengerti, mengapa wanita begitu mudahnya menitikkan air mata. Lihat sinetron sedih, mewek. Dengar curhat sahabat, mewek. Ada yang lagi bahagia, mewek juga. Aahh… aku sama sekali tak paham Saat sedih dan bahagia tetap aja mewek. Seperti saat ini, sepulang kerja dengan kondisi yang capek sekali, mendapati istriku sesenggukan di tempat tidur. Sudah kutanya kenapa, masih saja dia menangis dan tak kunjung berhenti. Apa hanya gara gara aku tak merespon ceritanya tentang tetangga sebelah yang sedang bahagia karena punya anggota baru dalam keluarga? Ah… sepertinya bukan itu. Istriku tahu kalau aku kecapekan sehingga aku hanya diam saja. Masa hanya gara gara itu sih dia menangis?

Ah… masa bodoh! Aku capek. Aku kerja cari uang juga untuk dia. Saatnya sekarang aku harus istirahat. Cerita tentang tetangga sebelah bisa diteruskan besok. Ini sudah jam sepuluh malam. Aku langsung ngacir ke kamar mandi, menyegarkan badan. Selesai mandi kemudian balik lagi ke kamar dan tiba-tiba…. Lho, kok? Tangis nya semakin menjadi jadi?

Ada apa sih Dinda?” Sungutku mulai naik. Aku sama sekali tak paham apa maksudnya. Segera kuambil bantal dan melenggang ke ruang tamu. ‘Tidur di sofa aja lebih aman’ pikirku.

‘Tega banget sih sama istri? Dia uda setia nungguin kamu pulang kerja, masakin masakan kesukaanmu, menyiapkan keperluanmu setiap hari? Masa kamu perlakukan dia seperti itu?’ Nuraniku berkata.

Plis deh… Aku juga capek… Seharian kerja dan sekarang waktunya istirahat. Kalau dipikir pikir lebih lelah aku kan? Mestinya dia harus mengerti dong…. Sisi hatiku menenangkan pergulatan emosiku.

Tanpa kusadar aku sudah ada di alam mimpi. Entah mendengkur atau tidak aku tak tahu. Yang jelas aku sangat capek dan butuh istirahat. Saking nyenyaknya tidurku tak sadar aku terbangun agak kesiangan. Meskipun telat subuhku, tetap kuusahakan untuk sholat. Ah… kenapa istriku tak membangunkanku?

“Masak apa Din?” tanyaku berusaha mencairkan suasana

Istriku hanya diam saja.

“Sarapan sudah siap di meja tuh…. Pagi ini aku enggak masak.”

Aneh! Sejak kapan dia sebut ‘aku’? Selalu dia panggil dirinya sendiri dengan sebutan ‘dinda’?

“Masih marah nih? Ntar malam nyesel lho….” Godaku.

Masih juga tak ada respon. Ya sudah… lebih baik segera sarapan dan langsung cabut ke kantor. Daripada jadi darah tinggi? Lagian aku harus mengejar target bulan ini kalau tak ingin bonusku hilang. 

“Dinda…. Hallooow… Assalamu’alaikum…”kataku sambil terus melaju ke kantor.

####

Malam itu aku pulang sedikit larut. Kulihat istriku sudah tidur. Aku memegang kunci ganda, karena kalau istriku sudah mengantuk tak perlu menungguku. Aku membuka pintu kamar pelan pelan, jangan sampai istriku terbangun. 
Segera kubersihkan badan dan menikmati mie goreng yang kubeli di dekat kantor. Perutku lapar sekali, mungkin cacing di perutku sudah berteriak teriak minta jatah. Kubuka mie gorengku yang sudah mulai dingin. Hmm… nyam… nyam… Uenak tenan… Ketika sudah tinggal sendok terakhir tiba-tiba….

“Mas… Dinda minta!”

Haduuh… mie ku tinggal sesendok lagi. Apa pantas kutawarkan padanya? Tiba tiba dia menggeleng.

“Beliin lagi….” Rajuknya

Apa? Udah jam sebelas nih. Jarak rumah ke kantor lumayan jauhlah… lagian aku udah ngantuk banget.

“Besok aja ya, mas capek banget nih. Gimana kalo masak martabak mie seperti biasanya. Mas yang buatin. Pake telor dua deh…”

“Nggak mau!” jawabnya mantab.

Huh! Sebel! Dasar wanita! Manja! Kekanakan! Segala umpatan bersliweran dalam otakku. Dengan terpaksa aku berangkat juga.

Satu jam kemudian….

“Nih… mie nya….” Kataku menyerahkan sebungkus mie yang mulai dingin

“Udah gag selera…. Taruh aja di meja.” Jawab istriku sambil kemudian masuk ke kamar.

Huh!! Kalau saja tak mengingat istriku yang sudah menemaniku dua tahun ini, sudah kulempar bungkusan ini dihadapannya. Sabar… sabar…

“Din… mie nya gak dimakan? Enak lho…”
Tak ada jawaban. 

Segera kutengok di dalam kamar dan kulihat pundaknya naik turun. Ya ampuunn… nangis lagi… nangis lagi….

“Kok nangis sih? Udah dibeliin jauh jauh…”
Tangis istriku semakin keras. Masya Allah…. Sementara aku sudah letih sekali. Tak lama kemudian akupun terlelap.

####

Aku terbangun jam enam kurang seperempat. Gelagapan, segera ngacir ke kamar mandi. Wah, bakalan telat nih. Kulihat dinda masih tidur membelakangiku. Mungkin dia tadi habis subuh tidur lagi. Tapi kenapa tak membangunkanku?

“Dinda… udah siang nih. Mas mau berangkat. Baju Mas belum disetrika ya?”
Tak ada jawaban dari bibirnya sedikitpun. Jangankan jawaban, senyum pun tidak. Tiba tiba dia berdiri dan keluar kamar kemudian menyetel televisi. Ah… tumben tumbenan pagi pagi gini dinda menyalakan televisi. 

Sudahlah… daripada tambah telat, kupakai saja pakaian kusut bekas kemarin. Toh yang malu dia juga. Kucari cari kaos kakiku, ternyata belum dicuci juga. 
Ih… bodo amat. Sapa sih yang lihat dekilnya kaos kakiku?

Segera aku melesat ke kantor daripada telat. Tak ada ciuman mesra, tak ada ciuman tangan seperti biasanya. Tangis dinda semakin meninggalkan tanda tanya besar bagiku. Entah kenapa sekarang dikit dikit nangis, kalau tak menangis pasti ngambek. 

Saat istirahat siang, ku curhatkan permasalahanku pada Pak Udin selaku bos ku dikantor. “Orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya dan aku adalah orang yang paling baik diantara kamu terhadap istriku,” Sabda Nabi Muhammad Saw.

Kalimat Pak Udin terngiang ngiang di telingaku, membuat ingatanku tak bisa lepas dari dinda. Ah, istriku…. Sedang apa kau di rumah sekarang? Teringat akan diri ini yang tak pernah membantu urusan rumah. Sedangkan Rasulullah saja sering menjahit bajunya sendiri. Aku? Hiddih… mencuci piring bekas makanku saja tak pernah kulakukan. Aku bertekad, pulang nanti akan membahagiakan istriku.

Tak sabar rasanya ingin bertemu belahan jiwaku. Sebelum sampai rumah kusempatkan mampir ke toko bunga membeli serangkai mawar yang indah. Hmm… romantis nih… Ya, aku ingin berdamai dengan Dindaku. Meskipun aku tak merasa ada pertikaian diantara kami. Oh… betapa rindunya aku akan senyumnya.

Sampai di rumah….
“Dinda… Dinda sayang…” Kupanggil panggil istriku.
Kemana ya, kok tak ada jawaban? Biasanya sore begini dia sudah menungguiku pulang sambil membaca buku di teras depan. Dinda? Engkau dimana? Aku mulai cemas. Jangan jangan… Kutelusuri semua ruangan di rumah kami yang kecil. Tak mungkin dia tak mendengar panggilanku. Oh… mungkin membeli sesuatu di warung, hiburku. Aku menghampiri meja makan untuk melihat ada makanan tidak. Biasanya istriku membuat kue atau apalah sebagai teman minum sore. Mataku tertuju pada secarik kertas diatas meja. Sebuah surat.

“… Din pulang mas. Maaf, Din lagi kurang enak badan. Lebih baik Din dekat sama ibu, daripada ngrepotin mas. Mas kan sibuk banget. Maafkan Din ya, nggak pamit dulu sama mas.”

Aku lunglai. Pupus harapanku. Mengapa engkau pulang disaat aku ingin membahagiakanmu? Kulihat ada amplop di bawah kertas surat tadi. Segera kubuka amplop itu. Tertulis hasil test urine laboratorium. Hah?! Mataku membelalak. Dindaku… dindaku… ha… hamil…

Alhamdulillah, aku meloncat kegirangan. Tanpa ba-bi-bu lagi aku segera kupacu motor bututku untuk menjemput istriku yang cantik jelita. Maafkan mas yang selalu marah padamu, cuek tak memperhatikanmu. Ternyata kehamilanmu membuat perasaanmu menjadi sangat peka sehingga engkau sering tersinggung dan menangis. Oh… Dinda… permata hatiku, maafkan mas ya sayang…. Mas janji, tak ada tangis lagi. Mulai sekarang mas akan bikin kamu senang. Jangan menangis lagi ya Din…. ^_^


Arsip : Renungan & Kisah Inspiratif

Selasa, 10 Januari 2012

MENIKAH TANPA CINTA.....................??


Pernah dengar cerita “Siti Nurbaya” yang terpaksa dikawinkan untuk menebus semua hutang dari orang tuanya…??? Tentu cerita ini tak asing bagi kita selain pernah difilmkan, juga pernah menjadi serial sinetron kala itu.

Dikisahkan tetang seorang gadis yang menikah tanpa cinta dengan orang pilihan orang tuanya, padahal gadis tersebut memiliki kekasih yang sangat dicintainya, yang terpaksa ditinggalkan demi baktinya kepada orang tua…..jujur menyedihkan.

Tak bisa terbayangkan jika itu menimpaku, menikah dengan orang yang tak kucintai, bagaimana jadinya kehidupan rumah tangga nanti, apakah akan dipenuhi dengan perang atau kebekuan seperti di kutub utara, karena ada dua hal yang akan terjadi jika hidup serumah dengan orang yang tidak dicintai yaitu saling diam dan cuek satu dengan yang lain atau berantem (perang mulut, bisa juga perang fisik) setiap hari. Intinya tanpa cinta hubungan antara dua orang yang berbeda latar belakang, keluarga, karakter, akan menjadi hubungan yang hampa.


Cinta adalah pengikat yang menyatukan satu dengan yang lain baik cinta dalam keluarga, cinta dalam bermasyarakat dan cinta dalam kehidupan. Cinta memang sesuatu yang tak berwujud tetapi bisa dirasakan dan diapresiasikan, oleh karena itu kita tak mungkin bisa hidup tanpa cinta, apalagi menghabisakan hidup dengan orang yang tidak kita cintai.


Namun ada kalanya cinta bisa tumbuh dengan berjalannya waktu dan kebersamaan yang telah dilalui selama ini, jika saja salah satu dari pasangan tersebut bisa menunjukkan rasa cinta dengan tulus walaupun sebelumnya bisa dikatakan cinta tak berbelas atau cinta dari satu pihak saja.
Tetapi bagiku hidup pernikahan adalah hidup dengan orang yang dicintai, karena memang itulah tujuan orang yang saling mencintai yaitu mengarungi bahtera rumah tangga bersama, jadi jelas tidak mungkin lebih tepatnya tidak mudah mengarungi bahtera rumah tangga dengan orang yang tidak dicintai (meskipun dengan orang dicintai yang namanya masalah dalam rumah tangga tetap ada tetapi paling tidak ada cinta yang bisa mengingatkan tujuan awal berumah tangga).

Memang dalam berumah tangga tidak hanya bermodalkan cinta, masih ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan, namun cinta dalam rumah tangga jangan sampai diabaikan karena ini menyangkut masalah perasaan, hati yang kadang sulit untuk didefinisikan atau dimengerti oleh logika.

Jadi menikah tanpa cinta….??? pikir-pikir dulu deh…

Arsip : Kerang Rebus

MENIKAH............................SINGLE


Sudah beberapa kali orang-orang terdekatku selalu bertanya kapan aku menikah? aku bersyukur mereka selalu menginginkanku cepat mempunya seseorang bisa menemani melewati hari dan bisa berbagi bersama, jujur aku sih mau saja tetapi memang belum saatnya. 
Namun di satu sisi aku juga sering mendapat semacam peringatan, apa yang kita miliki jangan kita sayangi berlebihan karena bila kita kehilangan, kita akan jauh lebih terluka dan kesepian dari sebelumnya.

Pada dasarnya setiap orang siap untuk memiliki, mendapatkan, tetapi tidak siap bila kehilangan atau diambil kembali. Hal inilah yang membuatku tidak terlalu merisaukan kondisiku yang saat ini. Karena setiap kondisi yang kita jalani selalu memiliki 2 sisi yaitu suka dan duka.
Kita tidak bisa menilai bahwa orang menikah lebih bahagia dari orang single, atau orang single lebih bahagia dari orang yang menikah.

Kebahagiaan tidak tergantung pada kondisi dan keadaan, baik yang single maupun yang menikah sama bahagianya, bila kita bisa mensyukuri keadaan dan tidak membanding-bandingkan dengan keadaan orang lain.

Istilahnya ada yang bilang rumput tetangga lebih hijau, tapi tahukah kita dibalik rumput hijau bisa aja ada ularnya, kalajengkingnya yang tak kelihatan dari jauh. Kalo boleh usul kenapa kita gak bikin rumput kita lebih indah dari tetangga, misalnya dengan rajin memangkasnya dan menambah beberapa tumbuhan bunga. Kita gak bisa mengatur rumput tetangga tetapi kita bisa membuat taman yang indah di rumput kita.

Aku bukanlah penganut paham hidup single atau penolak hidup berumah tangga, tetapi aku hanya ingin membagikan pandangan untuk menilai suatu keadaan secara seimbang, bukan membandingkan antara single dan menikah (keduanya jelas berbeda, seperti membandingkan Hijau dan Biru mana yang lebih indah, mana yang lebih jelek, bukankah keduanya adalah warna yang memperkaya kehidupan ini).

Single ataupun menikah bukanlah sebuah masalah, melainkan sebuah anugerah, maksudku begini
Single bukanlah sebuah masalah sehingga harus dicarikan jalan keluar yaitu menikah

Atau saat rumah tangga bermasalah terus jalan keluarnya adalah single (cerai).

Saat seseorang masih dalam kondisi single itu artinya waktu dia bersama orang tua masih lebih lama, waktu dia untuk membentuk karakter agar siap berumah tangga masih panjang, waktu dia berkumpul bersama teman-teman juga masih banyak, jadi dikmatilah dengan bersyukur.
Saat seseorang telah berumah tangga itu artinya dia telah dipercaya untuk mengambil tanggungjawab menjadi kepala keluarga atau menjadi orang tua dan menjadi pendamping yang sesuai dan ideal untuk pasangannya. Itu artinya dia telah siap untuk mengurus keluarga. dan teguh pada komitmen untuk hidup bersama dan menyelesaikan masalah bersama pasangannya. Nikmatilah dengan bersyukur.

Berhentilah membanding-bandingkan kondisi dengan orang lain, karena apapun yang saat ini kita jalani itu adalah sebuah anugerah dan sebuah tanggungjawab dari Sang Pencipta. Dan sekali lagi tak henti-hentinya aku katakan adalah bersyukurlah senantiasa.

Arsip : Kerang Rebus

SINGLE vs MERRIED


Topik ini adalah topik yang tak pernah habis dibahas atau bahkan dibandingkan kerena emang berbeda kondisi, sekalipun judul yang kuangkat adalah versus tapi bukan dalam hal membandingkan melainkan melihat lebih lanjut kondisi saat single dengan kondisi setelah menikah.

Aku sendiri baru saja menjalani kehidupan berpasangan alias baru saja menikah 1 bulan yang lalu. Artinya dari sekian waktu hidupku ini, aku lebih banyak menjalani kehidupan sebagai seorang single. Bagiku baik single maupun merried tetap sama asyiknya, cuma kadang heran aja ada yang merasa gak enjoy menjalani masa single hingga ingin buru-buru segera punya kekasih dan kemudian menikah.

Baik Single maupun Mariied sama-sama ada enaknya dan ada gak enaknya, ngomong-ngomong soal gak enak, aku punya cerita lucu, dulu yang namanya pulang malam buatku sih asyik-asyik aja, orang tua tak banyak tanya darimana, ngapain aja, kok baru pulang jam segini. tetapi hal ini berubah sejak menikah, gara-gara keasyikan main di mall sepulang kantor, aku jadi kena omel, kenapa pulang malam lupa yah kalo sudah menikah….. Nah itu dia gak asyiknya sejak menikah kebebasan yang dulu dimiliki 100% sekarang sudah harus dibatasi oleh kewajiban mengurus rumah terutama suami, tak bisa lagi seenaknya pergi, semuanya harus seizin suami (suami juga begitu gak bisa seenaknya pergi, harus seizin istri).

Kalau bicara enaknya menikah adalah ada dua kepala yang sama-sama berfikir untuk menyelesaikan masalah, ada dua kemampuan dalam memenuhi kebutuhan keuangan dan ada yang menemani saat sendiri, ada teman ngobrol saat teman-teman yang lainnya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Nah belajar dari pengalamanku pribadi, aku cuma bisa bilang, nikmati sajalah status kita saat ini, apakah itu single ataupun merried, apakah jomloh atau berpasangan, ada enaknya, ada susahnya, gak bisa dibnadingkan satu dan yang lainnya. Kalau kita tak bisa menikmatinya itu kerugian kita sendiri, yang merasa gak enak dan gak nyaman kita sendiri. Tapi itu sih terserah yang menjalani sajalah.

Arsip : Kerang Rebus

Minggu, 01 Januari 2012

10 KUALITAS PRIBADI YANG DISUKAI


Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.

Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Positive Thinking

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

Keceriaan

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

Bertanggung jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Percaya Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

Empati

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Arsip : Resensi.net


ALHAMDULILLAH YA..............!!



Kata yang sangat dekat buat kita, menunjukan rasa syukur kita atas nikmat yang Allah berikan kepada kita secara gratis (cuma-cuma), kalau yang namanya gratisan pasti banyak yang suka, itulah rasa cintanya Allah kepada kita, kurang apa lagi cobaaa.. hayooo…

Mau hitung-hitungan, pernah melihat orang yang kena penyakit asma, mereka harus menggunakan alat bantu untuk mengendurkan bronkiolus yang hanya bisa digunakan 70 kali hisapan, sedangkan harganya Rp 21.000,-, jadi kalau kita mau menghitung 21.000 dibagi 70 = 300, harga untuk sekali kita menarik nafas itu Rp 300 , mungkin hari ini saja kita mungkin menghabiskan 2 juta rupiah, hanya untuk bernafas.

Belum lagi jantung kita, selalu berdenyut tanpa henti-hentinya. 1 menit 70 kali denyutan, 1hari 100.000 kali denyutan, 1 tahun 40 juta kali denyutan,, seandainya jika jantung kita minta istirahat 2 menit saja, apa yang terjadi ...hmm.. Namun Allah masih memberika itu semua secara gratis.

“Dan jika kau jadikan ranting-ranting pepohonan sebagai penanya, dan lautan sebagai tintanya, maka kau tidak akan sanggup menulis nikmat Allah”.

Ada sebuah cerita, ada seorang tukang butut yang menabung begitu lama hanya untuk membeli sepatu baru. Dan akhirnya dia memilikinya, masih runing di pakai smbil wajah yg gembira dibwa ke sebuah musholla untuk sholat zuhur…. ketka pulang solat di lihatnya ketempat ia meletakkan sepatu yg tadi, ternyata sepatunya sudah tiada (bagaimana perasaannya saat itu) Dan ia pun mengerutu kepada Allah. “Ya Allah , sungguh kejamnya dirimu, aku menabung berbulan-bulan hanya untuk membeli sepatu namun engkau mengambillnya ,sungguh kejam engkau ya Allah”. sambil menggerutu ia keluar dari musholla itu, ketika ia hendak pergi, ia melihat seorang pemuda sedang berjalan menuju musholla namun dengan tongkat, karna kakinya satu patah, dan tukang butut tadi langsung menyesali perkataanya tadi dengan allah, sambil mengucapkan ”ya Allah trima kasih, engkau masih mengambil sepatu ku, bukan kakiku”.


Rasa syukur atas segala nikmat Allah, tak sepantasnya kita tarik dari diri kita, bahkan harus selalu ditingkatkan, Alhamdulillah yah..!!!


Arsip : Resensi.net