.:" I love you, not only for what you are, But for what I am when I am with you ":.

Rabu, 28 Januari 2009

BILA CINTA BERBICARA

Suatu ketika, seorang wanita kelihatan amat sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, dia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama- lamanya.

Atas nasihat orang di desa, ia menemui seorang tua bijak di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada anaknya yang telah mati itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.

Sesampainya disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan anakku?”

Sang Guru tidak berusaha untuk berbalah atau menghalau wanita itu kerana permintaannya yang tidak masuk akal.

Dia cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal “kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan kembali puteramu.”

Selesai mendengar itu, wanita tersebut segera berangkat mencari kemahuan sang guru.

Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba di depan rumah mewah.

“Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,”ucap wanita itu dalam hati.

Setelah mengetuk pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami kesedihan. Inikah tempatnya ?”

Wajah sang wanita masih memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah yang tak kalah sedih.

Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah yang salah.”

Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialami keluarganya . Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga suami dan kedua orangtuanya kerana kemalangan. Si wanita berasa amat kecewa.

Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia berfikir, “Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?”

Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.

Beberapa minggu berlalu, wanita itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.
Note :
Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.

Kita belajar makna cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sekarung padi dan sejag air setelah seharian berpenat-lelah di sawah. Dalam dadanya, tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.

Kerana cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh romantis. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi. Dari cahaya matahari, dari sepasang merpati, dari sujud dan tengadah doa. Dari apapun!

Pada semua kelahiran yang bersambut dengan cinta, hingga kematian dalam cinta, kita dalam hidup ini, tiada lain selain mewujudkan cinta.

Kerana itu, tiada yang boleh kita lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha Agung, Allah SWT.

Apapun keputusan-NYA buat kita, Allah yang berbicara, yang menentukan untung-nasib kita, kerana setiap sesuatu yang menyedihkan itu ada hikmah-Nya.

Kamis, 22 Januari 2009

RAGAM PUASA SUNNAH

Setiap kewajiban memiliki nafilah (sunnah) yang dapat mempertahankan keberadaan kewajiban tersebut serta menyempurnakan kekurangannya. Shalat lima waktu misalnya, memiliki shalat-shalat sunnah baik sebelum atau sesudahnya. Haji wajib sekali seumur hidup, selebihnya adalah sunnah.


Puasa pun demikian, puasa wajib dikerjakan pada bulan Ramadhan sedangkan puasa yang sunnah cukup banyak, diantaranya :

PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL

Keutamaan puasa ini adalah bahwa siapa yang mengerjakannya setelah puasa Ramadhan, maka seakan-akan dia telah berpuasa sepanjang tahun. ”Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka ia seperti berpuasa Ad-dahar (sepanjang tahun).” (HR. Muslim)

PUASA TIGA HARI SETIAP (TENGAH) BULAN

Rasulullah bersabda, “Tiga hari dalam setiap bulan (hijriyah), serta dari Ramadhan ke Ramadhan, semua itu seolah-olah menjadikan pelakunya berpuasa setahun penuh.” (HR.Ahmad & Muslim). Yang paling utama, puasa tiga hari tersebut dilakukan pada ayyamul bidh (hari-hari putih/terang, yakni malam-malam purnama) pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya. Dasarnya adalah hadist Abu Dzar bahwa Nabi bersabda, “Wahai Abu Dzar, jika engkau berpuasa tiga hari pada setiap bulan, maka berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas.” (HR. Ahmad Nasai)

PUASA ‘ARAFAH

Disebutkan dalam shahih Muslim bahwa Nabi ditanya tentang puasa Arafah, menjawab, “Dia (puasa Arafah) menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan dating.” Demikian pula disunnahkan berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

PUASA ASYURA’

Rasullah saw. Pernah ditanya tentang puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram), maka beliau menjawab, “Dia menghapuskan dosa tahun yang lalu. “Demikian pula secara umum puasa di bulan Muharram, sebagaimana terdapat di dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi ditanya tentang puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, maka beliau menjawab, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al-Muharram.”

PUASA BULAN SYA’BAN

Di dalam Ash-Shahihain dari Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat Nabi saw. Berpuasa selama sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa seperti yang dilakukannya pada bulan Sya’ban.” Disebutkan dalam riwayat yang lain, “Beliau banyak berpuasa pada bulan itu, kecuali hanya sedikit hari-hari (beliau berbuka) didalamnya.

PUASA SENIN KAMIS

Ketika Rasulullah ditanya tentang puasa pada hari senin maka beliau bersabda, “Itu adalah hari aku dilahirkan, hari itu aku diutus sebagai Nabi, atau hari diturunkannya Al-Qur’an kepadaku.” Di dalam riwayat yang bersumber dari Aisyah dia berkata, “Nabi saw, senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis.” (HR.Lima Imam Ahli hadist, kecuali Abu Dawud). Sabda Nabi, “Amal-amal itu diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang jika amalku ditampakkan pada saat aku sedang berpuasa.” (HR Tirmidzi)

PUASA NABI DAWUD

Walau Nabi tidak melaksanakan puasa sunnah ini, tapi ia membolehkan/membenarkan ini dilaksanakan, sebagaimana perkataannya kepada Abdullah Ibnu Amr, “Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari, yang demikian itu adalah puasa Dawud, puasa tersebut adalah puasa yang paling baik.” Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih baik daripada itu.” Maka Nabi bersabda, “Tidak ada yang lebih baik daripada puasa tersebut.”

Selain puasa sunnah tersebut, juga ada puasa lain yang dianjurkan seperti puasa bagi orang belum mampu menikah, atau yang menghajatkan kebaikan tertentu dengan puasa.


.: Bulletin “SAJADA” Edisi 01-03 Tahun VI :.

Kamis, 15 Januari 2009

MENGENAL SEMBILAN TIPE KECERDASAN MANUSIA



Mungkin banyak yang belum mengetahui apa saja tipe kecerdasan yang ada pada manusia, ada sembilan tipe yang akan dibahas disini.


1. Kecerdasan Linguistik


Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara)


Ciri-ciri :

  • Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata.
  • Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas


2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer)

Ciri-ciri :

  • Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi
  • Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis
  • Pandangan hidupnya bersifat rasional


3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur)

Ciri-ciri :

  • Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang
  • Mudah memperkirakan jarak dan ruang
  • Membuat sketsa ide dengan jelas


4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model)

Ciri-ciri :

  • Menikmati kegiatan fisik (olahraga)
  • Cekatan dan tidak bisa tinggal diam
  • Berminat dengan segala sesuatu


5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb)

Ciri-ciri :

  • Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat
  • Dapat mengikuti irama
  • Mendengar musik dengan tingkat ketajaman lebih


6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru)

Ciri-ciri :

  • Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka
  • Menjalin kontak mata dengan baik
  • Menunjukan empati pada orang lain
  • Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya


7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog)

Ciri-ciri :

  • Membedakan berbagai macam emosi
  • Mudah mengakses perasaan sendiri
  • Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya
  • Mawas diri dan suka meditasi
  • Lebih suka kerja sendiri


8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu)

Ciri-ciri :

  • Mencintai lingkungan
  • Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang
  • Senang kegiatan di luar (alam)


9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,)

Ciri-ciri :

  • Mempertanyakan hakekat segala sesuatu
  • Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia

Termasuk yang manakah diri ANDA ?

Rabu, 14 Januari 2009

POTONGAN YANG HILANG


Kupu-Kupu
Aku belum pernah memandang dunia dengan cara seperti ini. Sebelumnya duniaku hanya sebesar pohon Akasia di sudut taman itu. Tempat di mana aku menggantung kehidupan kecilku pada daun-daun muda berwarna hijau tua yang menjadi gambaran penuh akan arti sebuah “dunia” bagiku. Namun segala sesuatu berubah. Begitu juga denganku, saat kusadari ternyata bunga lebih manis dari yang terlihat. Dan saat kuketahui daun tidaklah seenak yang kuingat. Rasanya, setiap hal ber-revolusi menjadi perkembangan baru dalam hidupku.
Entah kenapa.

Bunga
Aku belum pernah memandang dunia dengan cara seperti ini. Sebelumnya tak ada sedikit pun bagian diriku yang tahu di mana tepatnya posisiku. Di sebuah tempat gelap yang dingin—yang menjadi gambaran penuh akan arti sebuah “dunia” bagiku. Namun segala sesuatu berubah. Begitu juga denganku, saat kusadari hangatnya sinar mentari lebih menyenangkan dibanding mimpi-mimpi semuku. Dan saat kuketahui tetes air tak sebegitu mudah ditemukan seperti dalam khayalku. Rasanya, setiap hal ber-revolusi menjadi perkembangan baru dalam hidupku.
Entah kenapa.

Kupu-Kupu
Sudah lama aku mendambakan untuk bisa memeluk langit seperti ini. Masa-masa ketika aku hanya seekor binatang penuh bulu yang berukuran tak lebih besar dari ranting pohon cemara nampak mulai memudar dalam ingatan. Kini aku bebas menjelajahi udara lepas—dan berada sedikit lebih dekat dengan awan daripada yang biasanya bisa kulakukan. Betapa bahagianya! Sekarang aku bisa menentukan sendiri ke mana aku akan pergi. Dengan sayap-sayap putih-hitam dengan aksen kuning ini, hanya masalah kecil untuk terbang keluar dari tempat yang sudah kutinggali sepanjang hidupku-sebuah taman kecil di tengah kota besar. Dan tentu saja ini saat yang tepat untuk belajar menggunakan antena penciumanku. Aku tinggal menunggu, ke mana indra penciuman ini akan membawaku.

Bunga
Sudah lama aku mendambakan untuk bisa merasakan hangatnya sinar mentari. Masa-masa ketika aku terbenam di dalam tempat gelap itu nampak mulai memudar dalam ingatan. Kini aku bebas menampung sinar matahari sebanyak-banyaknya—dan berada sedikit lebih dekat dengan cahaya daripada yang biasanya bisa kulakukan. Betapa bahagianya! Sekarang aku bisa terus bertemu sang mentari sampai mekar dengan indah. Dan tentu saja ini saat yang tepat untuk belajar menghasilkan nektar pertamaku. Aku tinggal menunggu, bagaimana ragaku akan mulai bertumbuh.

Kupu-Kupu
Badanku terbang menjauh dari taman, membelok melewati banyak pohon dan manusia, mengikuti indra penciumanku yang sudah kuyakini kelihaiannya bahkan sebelum aku keluar dari pupa kecil-hangat itu. Belum terlalu lama aku terbang, aku sudah mendapat pembuktian pertama bahwa indraku tak mungkin salah. Tak jauh di depan, nampak pohon-pohon berdaun lebat di sepanjang jalan. Tapi bukan itu yang jadi tujuanku. Di pohon-pohon itu, banyak menempel bunga-bunga putih yang bergerombol. Nah, lihat—indraku memang patut dipercayai.

Bunga
Aku menatap gerombolan anggrek lain yang menempel di cabang pohon angsana di atasku. Ah, betapa senangnya tumbuh di atas sana. Punya banyak teman dan bisa lebih lagi mendapatkan sinar matahari. Tapi yang paling kuinginkan hanya teman. Padahal dalam satu tangkai, biasanya muncul tiga kuncup anggrek sejenisku. Tapi, hanya aku satu-satunya kuncup yang muncul. Kapan kiranya aku bisa mendapat teman untuk tumbuh bersamaku di retakan trotoar ini? Mungkin aku harus bersabar dan menunggu.

Kupu-Kupu
Sayapku mengepak senang ketika terbang mengitari gerombolan bunga-bunga kecil yang cantik dan manis. Sayang, tidak semua dari mereka yang di sana telah berbunga. Padahal, aku ingin meminta sedikit nektar. Dan sebagai gantinya akan kubantu penyerbukan mereka. Tapi tak apa. Mungkin mereka akan berbunga sebentar lagi, mengikuti bunga-bunga yang lainnya.

Sekarang, persoalannya, aku mulai lapar. Jadi ada baiknya aku mencari sedikit nektar untuk makanan. Pertama-tama, siapa yang sebaiknya kuminta? Aku terbang mengitari sepanjang jalan, mencari bunga yang paling menarik perhatianku. Dan..ah! Ada sebuah bunga yang tumbuh sendirian, di sela-sela batu buatan manusia. Ada apa gerangan? Apakah ia terpisah dari kawanannya? Dipenuhi rasa ingin tahu, aku pun terbang mendekat.

Bunga
Seekor kupu-kupu yang terbang melintas melunturkan lamunanku. Betapa lincah gerakannya! Dan betapa indah warna sayapnya! Sayap putih-hitam dengan warna kuning di beberapa tempat. Apa yang sedang dilakukannya di sini? Oh.. aku mendengar pikiranku bertanya hal yang bodoh. Tentu saja ia sedang mencari nektar. Banyak bunga sejenisku yang sudah mekar di pohon-pohon. Wangi manis itu yang pasti memancing sang kupu-kupu. Hei, tunggu, kenapa ia terbang kemari? Bunga mana yang ditujunya? Semestinya bukan aku. Aku baru berkuncup. Tidak mungkin memberikannya nektar. Anehnya, ia terbang semakin dekat..semakin dekat..semakin dekat..mungkin tidak, ia tidak ingin meminta nektar dariku. Tapi ya, ia memang terbang untuk menghampiriku.

Kupu-Kupu
Sang Kuncup Bunga nampak malu-malu saat aku menghampirinya. Aku terbang rendah mengitari untuk menyapa dan sedikit bertanya-tanya. Aku baru tahu, ternyata ia baru berkuncup dan belum berkembang. Aku juga baru tahu, masih butuh 2 minggu lagi sampai ia akan mekar. Kalau begitu, aku belum bisa menghisap nektar darinya. Tapi, ia sudah berjanji akan memberikan nektar pertamanya kalau ia mekar nanti. Tentu saja, dengan senang hati akan kutunggu saat itu. Dan sampai saat itu tiba, aku akan datang mengunjunginya setiap hari. Gambaran hubungan kami nampaknya sempurna.

Bunga
Sang Kupu-kupu ternyata makhluk yang amat ramah. Ia menyapaku dengan sopan dan mengajakku berbicara. Senang rasanya punya teman untuk berbicara—terutama jika kau selalu hidup jauh dari gerombolan. Aku sudah berjanji padanya untuk memberikan nektar pertamaku setelah mekar. Meski itu berarti ia harus menunggu cukup lama, namun nampaknya ia senang melakukannya. Tak terasa, waktu satu hari habis begitu saja saat aku bersama dengannya. Malam datang, kemudian pagi menjelang.

Kupu-Kupu
Pagi ini diawali dengan hal yang mengejutkan. Ketika aku datang berkunjung ke tempat Nona Bunga yang tumbuh sendirian itu, semua bunga di dahan-dahan yang kemarin mekar kini layu. Kelopak-kelopak mereka merunduk, membentuk rupa burung berwarna putih, yang disebut manusia sebagai rupa merpati. Dengan panik aku menghampiri Nona Bunga untuk memberi tahu apa yang terjadi pada teman-temannya. Tapi sembari tertawa, ia mengatakan bahwa itulah hal yang lazim terjadi pada bunga sejenis mereka—Anggrek Merpati, begitu manusia menyebutnya—hanya mekar untuk jangka waktu satu hari.

“Sedih sekali,” kataku berduka, “kalau begitu aku akan melihatmu mati setelah akhirnya bisa mencicipi nektar pertamamu.”

“Jangan berkata begitu,” sahut sang Bunga, “kami melakukannya dengan baik sekali. Biasanya kuntum kami mekar serentak, seperti yang kau lihat kemarin, dan itu pemandangan yang indah, bukan? Tak hanya itu, wangi bunga kami pun masih dapat kau cium sampai hari ke-3. Itu persembahan terbaik sepanjang hidup kami.” Aku hanya berputar-putar lesu. Melihat tingkahku, malah sang Bunga yang berbalik prihatin padaku.

“Tenang saja, Tuan Kupu-kupu. Bunga jenis kami akan berkuncup dan mekar lagi sekitar satu musim dari sekarang. Itu sekitar 3 bulan lagi,”ujarnya berusaha menghibur. Tapi jujur saja, aku sama sekali tidak terhibur.
Aku tahu hidupku tidak selama itu.

Bunga
Pagi ini Tuan Kupu-kupu datang dengan panik untuk mengabari mengenai layunya teman-temanku. Aku hanya bisa tertawa melihat gaya terbangnya yang menunjukkan kecemasan. Aku menjelaskan bahwa itu hal yang lazim terjadi di antara kami. Ia terlihat lesu dan berduka. Maka aku mencoba menghibur dengan berkata bahwa kami akan mekar lagi sekitar 3 bulan setelah layu. Tapi nampaknya, usaha menghiburku malah membuatnya semakin muram. Apa aku sudah salah bicara?

Sekarang, semakin hari Tuan Kupu-kupu semakin lesu. Caranya terbang sudah tidak lincah seperti dulu. Rasanya untuk mengangkat tubuhnya dari tanah pun malas. Jangan-jangan ia sakit? Atau sedang ada masalah lain? Ah, sedih sekali aku tidak bisa mengembalikan keceriaannya.

Sebetulnya banyak hal yang ingin kutanyakan, namun belakangan ini dia bukan hanya semakin lesu, tapi juga semakin jarang bicara. Aku ingin sekali segera mekar untuk menghiburnya.

Kupu-Kupu
Nona Bunga pasti menyadari perubahan sikapku yang semakin tidak bersemangat dan jarang bicara—ia selalu menatap khawatir setiap kali aku datang. Ini semua terjadi sejak saat itu : ketika aku mengetahui usia mekarnya yang hanya satu hari, dan baru mekar lagi 3 bulan kemudian. Yang benar saja, masa aku harus melihatnya mati setelah mencicipi nektarnya? Bagaimana kalau dia tak usah mekar saja? Tidak masalah bagiku kalau tidak mendapat nektar darinya. Yang kuinginkan dia ; bukan nektarnya. Aku ingin berkata begitu, tapi rasanya akal sehatku tidak setuju kalau aku melarangnya mekar. Mekar dengan baik kan impian utamanya? Ada yang hilang dari hubungan kami yang awalnya sempurna.
Masih ada lagi yang lebih kutakutkan. Kemungkinan kalau aku akan lebih dulu meninggalkannya sebelum dia meninggalkanku. Maksudku, kalau aku sudah mati bahkan sebelum dia berkembang. Aku sudah tahu dari semasa ulat bahwa hidupku memang tak lama. Tapi, kalau soal ‘ada banyak predator di luar
sana yang bisa memperpendek umurmu menjadi setengah dari yang seharusnya’, nah, itu aku baru tahu.

Bunga
Keadaan semakin parah akhir-akhir ini. Kami bahkan tidak bicara lebih dari 5 kalimat dalam satu hari. Ia hanya datang, menyapa, kemudian mencari nektar, kembali, berpamitan, dan pergi. Aku tidak merasa mengatakan sesuatu yang salah. Aku bahkan menghiburnya dengan berkata ‘Rasanya ingin cepat mekar agar kau bisa segera mencicipi nektarku.’ Tapi itu tidak memperbaiki keadaan. Malah memperburuk, kelihatannya. Mulai beberapa hari yang lalu, ia bahkan sudah tidak mengunjungiku lagi. Ah, mungkin sebenarnya dia tidak seantusias kusangka untuk menghisap nektarku.
Dan lagi, sepertinya cuaca amat mendukung keterpurukan hubungan ini. Dalam beberapa jam cerah bisa berganti hujan lebat atau sebaliknya—seakan sedang membalas dendam. Beberapa hari terakhir seperti itu. Memangnya matahari dan awan juga sedang tidak akur?

Kupu-Kupu
Rasanya Nona Bunga ingin menambah beban pikiranku setiap kali bertemu. Ia selalu menggumamkan keinginan mekarnya. Kebersamaan kami mungkin hanyalah sebuah pengisi waktu luang baginya. Akhirnya aku hanya bisa menghindari pembicaraan dengannya agar tidak terus-menerus ingat soal hari kematian Nona Bunga maupun hari kematianku.Huuh.. hujan turun lebat setiap hari belakangan ini. Aku khawatir dengan keadaan Nona Bunga yang sendirian di tengah hujan. Aku selalu ingin mengunjunginya, tapi apa yang dapat kulakukan? Aku ini binatang yang punya kekurangan tidak bisa terbang di saat hujan.

Bunga
Ada yang terasa aneh dengan badanku semalaman. Amat tidak nyaman. Kalau semalam turun hujan juga, aku pasti sudah mengeluh sepanjang hari. Untung saja cerah dan bintang-bintang terlihat, jadi rasanya sedikit terhibur.
Tapi coba tebak apa yang terjadi padaku pagi ini? Kelopakku mulai membuka! Aku mekar! Aku mekar, akhirnya! Lihat, lihat helai-helai mahkotaku yang putih bersih! Aku memandang hamparan warna putih di dahan-dahan pohon sepanjang jalan. Kami yang tadinya berupa kuncup sudah mekar secara serempak! Bunga-bunga yang mekar lebih dulu saat kami masih kuncup mengucapkan selamat. Ini lebih cepat dari seharusnya, kata bunga yang tepat di atasku. Perubahan suhu selalu berpengaruh, bunga di dahan yang lebih tinggi menimpali. Begitu rupanya. Kami mekar lebih cepat karena suhu berubah-ubah beberapa hari ini. Hujan, panas, hujan, panas. Oh, terima kasih matahari dan awan! Aku ingin segera menunjukkannya pada Tuan Kupu-kupu. Aku benar-benar berharap dia datang hari ini. Paling tidak, untuk hari ini saja.

Kupu-Kupu
Aku ingin sekali datang hari ini. Tapi yang benar saja, dengan hujan yang tidak berhenti selama 2 jam terakhir?? Sungguh, aku belum ingin mati. Semoga tidak ada hal buruk terjadi pada Nona Bunga. Aku sudah rindu sekali padanya. Aku pasti akan mengunjunginya besok, atau kalau bisa, setelah hujan ini berhenti. Aku janji.

Bunga
Hujan terus menerus turun, dan Tuan Kupu-kupu belum juga datang. Ini terlalu gawat. Aku tidak permasalahkan hujannya, tapi anginnya. Rasanya helai-helai mahkotaku akan rontok dengan terpaan angin kencang seperti ini. Saat berupa kuncup dulu, pertahanan tubuhku jauh lebih kuat. Ayolah awan, menyingkir sedikit dan biarkan matahari bersinar!

Kupu-Kupu
Perasaanku sedang tidak enak. Seperti punya firasat buruk. Sekarang aku merasa harus mengunjunginya—sang Bunga, andai kau bertanya siapa yang kumaksud. Hujan memang perlahan mengecil, namun itu masih terasa berbahaya untukku. Sayapku mungkin akan rusak karena hujan. Tapi aku rela menukar sayapku dengan keselamatannya. Jadi aku akan pergi untuk melihat keadaannya.

Bunga
Semua beban pikiranku ikut terhempas bersama angin saat kulihat kupu-kupu terbang mendekat di tengah hujan. Akhirnya dia datang mengunjungiku! Aku akan memberikan nektar pertamaku, segera sebelum helai-helai berikutnya rontok.

Kupu-Kupu
Semua beban pikiranku seolah digandakan oleh terpaan angin saat kulihat Nona Bunga di kejauhan. Ya Tuhan! Ia sudah mekar! Itu artinya dia pasti akan mati besok. Tapi helainya nampak tak sempurna—ooh! Jangan-jangan dirontokkan oleh angin? Itu artinya dia mungkin mati hari ini. Ini masalah darurat! Aku menambah kecepatan terbangku untuk menghampirinya, meski itu menyakiti sayap-sayapku saat melawan angin dan hujan.

Bunga
Aku tersenyum bahagia saat akhirnya aku bertemu lagi dengannya.
“Tuan Kupu-kupu,” sapaku ceria, “sekarang kau bisa mencicipi nektar pertamaku!”
Tapi ia nampak tak bersemangat. Hening untuk beberapa saat.
“Apa kau tidak senang mendapat nektarku?” Aku berusaha memecah kebekuan. “Kau selalu nampak lesu setiap aku bicara mengenai waktu mekarku.”
“Aku tidak ingin kau mati.”
Suaranya mengalahkan angin dan hujan, masuk dengan jernih ke dalam pikiranku, kemudian menenangkan hatiku.

Kupu-Kupu
Akhirnya aku hanya bisa mengaku. Dan ia merasa cukup menanggapinya dengan tawa.
“Tentu saja. Kalau kita bertukar peran, aku juga tidak ingin kau mati. Tapi, bagiku, kau lebih penting dari apapun.”
Aku tak bisa menanggapinya dengan baik. Hanya tatapan tak mengerti yang kuberikan padanya. Lalu ia tersenyum manis, “Aku justru mekar untuk menghiburmu.”
Ah! Jadi itu maksudmu, Bungaku! Andai saja kita bicara, andai saja kita saling terbuka, tentu kesalahpahaman ini tak perlu terjadi! Aku belum sempat menjawab. Angin bertiup kencang, aku terhempas ke tanah dan helai-helai Nona Bunga yang tersisa berguguran. Di saat terakhir, aku masih mendengar bisikan tawanya.

Sayapku rusak karena hujan. Aku tidak bisa lagi terbang atau pergi ke mana pun. Pandanganku semakin kabur. Hal terakhir yang kusadari, bahwa potongan hubungan kami yang hilang kini sudah ditemukan. Kemudian semuanya menjadi gelap.

Rabu, 07 Januari 2009

HATI SEORANG AYAH


Semoga bisa jadi bahan renungan

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki". Itulah jawaban Ayahnya.
Anak wanita itu berguman : " Aku tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki."
Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,
walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...
With Love to All Father " JIKA KAMU MENCINTAI Ayahmu atau sekarang merasa sebagai AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI AYAHNYA Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah

". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya…
Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik Buat keluarga kita...

Cheers!