.:" I love you, not only for what you are, But for what I am when I am with you ":.

Jumat, 19 Desember 2008

IBU KOTA LAMPUNG TERENDAM

BANJIR BANDANG. Hujan lebat selama hampir dua jam menimbulkan banjir bandang di Bandar Lampung, Kamis (18-12). Permukiman warga di Jalan Teuku Umar, depan RSUAM, terendam banjir hingga setinggi atap (1), Jalan Kartini berubah menjadi "sungai" (2), Tim SAR mengevakuasi warga korban banjir di Pasir Gintung (3).

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Hujan deras yang mengguyur hampir dua jam, Kamis (18-12), menenggelamkan sejumlah kawasan di Bandar Lampung. Banjir terbesar dalam 23 tahun ini merendam permukiman dan rumah sakit, serta melumpuhkan transportasi dalam kota.

Luapan air merendam permukiman di Tanjungkarang Pusat, Tanjungkarang Timur, Telukbetung Selatan, Kotakarang, Panjang, Telukbetung Barat, dan Kedaton. Hingga pukul 23.00, air yang merendam Kotakarang masih setinggi satu meter dan kendaraan belum bisa melintas.

Banjir terparah melanda Kampung Sawah, Palapa (belakang Mal Kartini), Jalan Kartini (depan Bank Panin), Kaliawi, Pasir Gintung, Pesawahan, Jagabaya, Jalan Diponegoro, jalan di depan rumah dinas Danrem 043/Gatam, simpang tiga Gang PU, Pasar Kangkung, Sukaraja, Way Lunik, Ketapang, Talang, Kedamaian, Way Halim, dan Jalan Teuku Umar (simpang tiga Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek--RSUAM). "Air mendadak meluap. Tidak satu pun pakaian dan surat-surat penting yang bisa saya selamatkan," kata Eli Yana, warga Jalan Teuku Umar yang rumahnya terendam dan hanya terlihat atapnya.

Di Tanjungkarang Pusat, Way (Sungai) Awi meluber karena tidak mampu menampung curah hujan. Akibatnya, ratusan rumah di permukiman padat penduduk itu terendam air bercampur lumpur setinggi dua meter. Selain merusak rumah, banjir menyeret perabotan rumah tangga. Puluhan rumah yang terbuat dari kayu di bibir sungai juga terbawa arus. "Puluhan tahun saya menetap di sini, baru kali ini banjir," kata Khairul, warga yang tinggal di belakang Mal Kartini.

Air bercampur lumpur menggenangi badan jalan protokol setinggi 1,5 meter. Puluhan mobil dan sepeda motor mogok. Jalan Kartini hingga Teuku Umar macet sekitar enam kilometer. Luapan Way Awi juga menjebol tembok pembatas kali dan Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek. Pengelola rumah sakit segera memindahkan puluhan pasien rawat inap di paviliun A dan B ke ruang Anggrek dan Unit Gawat Darurat.

Bukit Longsor

Hujan deras juga mengakibatkan Bukit Lungsir longsor dan menerjang rumah Hasan di Gang Parkit. Sedangkan 60-an rumah lain di sekitarnya terendam lumpur setinggi setengah meter. Warga segera menutup Jalan Rasuna Said yang berada tepat di bawah bukit tersebut. "Kami tidak bisa apa-apa lagi. Sekalipun pengembang akan bertanggung jawab, kami sudah menderita begini," kata Irwan, Ketua RT 16, Pengajaran, Telukbetung Selatan.

Wakil Wali Kota Bandar Lampung Kherlani yang meninjau Bukit Lungsir meminta aktivitas pengembang segera dihentikan. Sejak awal Pemkot memang tidak mengizinkan pemanfaatan bukit tersebut. "Saya minta dinas terkait segera mengambil langkah tegas," kata dia.

Kherlani meminta jajarannya mendata kerugian warga dan mulai hari ini (19-12) para korban banjir harus segera mendapat bantuan. Ia juga berjanji mengambil langkah cepat untuk menanggulangi bencana ini.

Sementara itu, sejumlah warga Pengajaran mendatangi rumah dinas Wali Kota Bandar Lampung di Jalan Gatot Subroto, Garuntang, sekitar pukul 19.30. Mereka meminta Wali Kota Eddy Sutrisno melihat langsung banjir lumpur dari Bukit Lungsir. "Walau hanya lima menit, tidak menjadi masalah. Yang penting datang dan melihat kondisi kami. Tetapi, Wali Kota ada tidak di tempat," kata warga yang tidak mau disebut namanya.

Di Kedaton, Sekretaris RT 13 Lingkungan II, Kelurahan Sidodadi, Antonius Heru Pratondo mengatakan Sungai Mata Air Besar mulai meluap sekitar pukul 14.30. Berikutnya, ketinggian air terus bertambah hingga setinggi leher orang dewasa dan merendam enam rumah. Hingga pukul 22.00 tadi, air belum surut, sedangkan para korban dievakuasi ke rumah tetangga sekitar. "Ini banjir terbesar sejak tahun 1985 silam," kata Anton.

Sementara itu, di Pasir Gintung, Tim SAR dan petugas Pemadam Kebakaran Bandar Lampung dengan dibantu petugas Polsekta Tanjungkarang Barat mengevakuasi warga yang terjebak banjir. Kapoltabes Bandar Lampung Kombes Syauqie Achmad mendatangi lokasi banjir dengan mengendarai sepeda motor. Petugas dan perwira TNI juga membantu evakuasi di Penengahan.

Beberapa jam setelah banjir, Pemkot Bandar Lampung membangun tiga posko bantuan, yakni di SD Fransiskus, RSUAM, dan di depan rumah dinas Wali Kota. Setiap posko hingga kemarin sore menampung rata-rata 50 pengungsi.

Kendati melumpuhkan angkutan dalam kota, banjir tidak mengganggu penerbangan. "Pesawat masih boleh mendarat karena jarak pandang masih aman," kata Kepala Bandara Radin Intan II, M. Sidabutar.

Aktivitas di Stasiun Kereta Api Tanjungkarang juga berjalan normal. "Jadwal kereta penumpang tidak terganggu. Kereta dari Kertapati masuk pukul 20.00," kata Kepala Stasiun Tanjung Karang, Waroso, tadi malam.

Tidak ada komentar: