.:" I love you, not only for what you are, But for what I am when I am with you ":.

Jumat, 26 September 2008

JELAJAH PESONA MASJID AGUNG


MASJID KUBAH MAS





Sejak diresmikan pada 31 Desember 2006, Mesjid Dian Al Mahri seperti menjadi ikon baru wisata religi. Hampir sepanjang hari, puluhan bus wisata maupun kendaraan pribadi rela menembus kepadatan Jalan Raya Cinere-Meruyung. Saking ramainya, pengunjung harus rela berjalan kaki kurang lebih satu kilometer sebelum mencapai pelataran mesjid. Maklum, tempat parkir di areal mesjid sudah tak mampu lagi menampung ratusan bus rombongan maupun kendaraan pengunjung.

Di siang atau malam hari, kemegahan maupun keindahan mesjid Dian Al Mahri memang tak pernah surut. Selain kubah dengan lapisan emas 24 karat, puncaknya selalu berubah warna setiap fajar, tengah hari, senja, dan malam. Mesjid yang diklaim berciri arsitektur Islam kuat ini memadukan skalanya yang besar dengan ornamen yang detail guna mencerminkan kemegahan dan keindahan. Sesuai namanya, mesjid ini memang menggunakan material emas dengan tiga teknik pemasangan. Pertama, serbuk emas (prada) yang terpasang di mahkota pilar. Kedua, gold plating yang terdapat pada lampu gantung, railing tangga mezanin, pagar mezanin, ornamen kaligrafi kalimat tasbih di pucuk langit-langit kubah dan ornamen dekoratif di atas mimbar. Ketiga, gold mozaik yang terdapat di kubah utama dan kubah menara.

Mesjid ini menempati areal seluas 70 hektare dan merupakan bagian dari konsep pengembangan sebuah kawasan terpadu yang memfasilitasi kebutuhan setiap um
at Islam akan sarana ibadah, dakwah, pendidikan, dan sosial yang menyatu dalam ruang lingkup kawasan bernama Islamic Center Dian Al Mahri. Mesjid yang terletak di Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat ini terbagi atas ruangan utama mesjid, ruang mezanin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, dan ruangan fungsional lainnya yang mampu menampung 15 ribu jamaah untuk pelaksanaan salat. Untuk acara majelis taklim mampu menampung hingga 20 ribu orang.

Secara umum arsitekturnya memiliki tipologi mesjid dengan ciri kubah, minaret, halaman dalam, serta penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geo
metris dan obelisk (ukiran bergaya Mediteranian untuk memperkuat ciri keislaman pada arsitekturnya.

Lebih lanjut, halaman dalam berukuran 45 x 57 meter, mampu menampung 8.000 orang. Salah satu sisinya berhubungan dengan ruang salat, sedangkan s
isi lainnya dibatasi selasar dengan deretan pilar-pilar berbalut batu granit dari Brasil. Minaret atau menara mesjid berbentuk segienam berjumlah enam yang melambangkan rukun iman, menjulang ke angkasa setinggi 40 meter. Keenam minaret ini dibalut granit abu-abu dari Italia dengan ornamen yang melingkar. Tepat pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.

Bagian paling menonjol, yakni kubah, mengacu pada kubah mesjid di Persia dan India. Lima kubah ini melambangkan rukun Islam. Seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya didatangkan dari Italia.

Di bagian dalam mesjid berdiri pilar-pilar kokoh yang menjulang ke atas guna menciptakan skala ruang yang agung, membuat mereka yang berada di dalamnya akan merasa kecil dan membangkitkan suasana tawadhu dalam keagungan Tuhan. Ruangan mesjid didominasi monokrom dengan unsur utama warna krem untuk memberi karakter ruangan yang tenang dan hangat.

Materialnya, merurut seorang penjaga mesjid, adalah marmer dari Italia dan Turki. Ornamennya menggunakan marmer hitam untuk mendapatkan unsur sakral serta warna emas untuk keindahan dan kekuatan.

Di bagian luar mesjid, terdapat taman-taman yang mengitari seluruh bagian, sehingga mampu menghidupkan suasana kesejukan dan keteduhan bagi pengunjung. Konsep penataan merupakan kolaborasi antara arsitektur bangunan mesjid bernuansa Timur Tengah di lingkungan tropis. Masih satu kompleks, tersedia ruko yang menjajakan beragam aksesori untuk cinderamata, vila tempat para pengunjung menginap, serta rumah tinggal pemilik mesjid.

Untuk menuju lokasi mesjid kubah emas, pengunjung dapat melintasi Jalan Raya Cinere, Jakarta Selatan. Namun, disarankan menghindari hari Sabtu dan Minggu karena lalu lintas Jalan Raya Cinere-Meruyung relatif padat, sehingga tak jarang terjadi kemacetan parah.

Sejauh ini ak
ses jalan menuju lokasi menjadi persoalan serius bagi pemilik sekaligus pemerintah Kota Depok. Tujuannya agar pengunjung lebih nyaman dan mesjid ini kian menjadi tempat wisata religi favorit.


MASJID AGUNG PALEMBANG

Masjid Agung Palembang pada mulanya disebut Masjid Sultan dan dibangun pada tahun 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo. Peresmian pemakaian masjid ini dilakukan pada tanggal 26 Mei 1748. Ukuran bangunan masjid waktu pertama dibangun semula seluas 1080 meter persegi dengan daya tampung 1200 jemaah. Perluasan pertama dilakukan dengan wakaf Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab yang dilaksanakan pada tahun 1897 dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.

Pada awal pembangunannya (1738-1748), sebagaimana masjid-masjid tua di Indonesia, Mesjid Sultan ini pada awalnya tidak mempunyai menara. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin (1758-1774) barulah dibangun menara yang letaknya agak terpisah di sebelah barat. Bentuk menaranya seperti pada menara bangunan kelenteng dengan bentuk atapnya berujung melengkung. Pada bagian luar badan menara terdapat teras berpagar yang mengelilingi bagian badan. Luas mesjid sekarang 5520 meter persegi dengan daya tampung 7.750.

Masjid yang mempunyai arsitektur yang khas dengan atap limas-nya ini, konon merupakan bangunan masjid yang terbesar di nusantara pada kala itu. Arsiteknya orang Eropa dan beberapa bahan bangunannya seperti marmer dan kacanya diimpor dari luar nusantara. Kala itu daerah pengekspor marmer adalah Eropa. Dari gambar sketsa, atap limas mesjid ini bernuansa Cina dengan bagian ujung atapnya melengkung ke atas. Dengan demikian, pada bangunan mesjid itu terdapat perpaduan arsitektur Eropa dan Cina

Masjid Agung merupakan masjid tua dan sangat penting dalam sejarah Palembang. Masjid yang berusia sekitar 259 tahun itu terletak di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, tepat di pertemuan antara Jalan Merdeka dan Jalan Sudirman, pusat Kota Palembang. Tak jauh dari situ, ada Jembatan Ampera. Masjid dan jembatan itu telah menjadi land mark kota hingga sekarang.

Dalam sejarahnya, masjid yang berada di pusat kerajaan itu menjadi pusat kajian Islam yang melahirkan sejumlah ulama penting pada zamannya. Syekh Abdus Samad al-Palembani, Kemas Fachruddin, dan Syihabuddin bin Abdullah adalah beberapa ulama yang berkecimpung di masjid itu dan memiliki peran penting dalam praksis dan wacana Islam.

MASJID AGUNG SEMARANG

Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman, bangunannya meneladani prinsip gugus model kluster dari Masjid Nabawi di Madinah. .Bentuk penampilan arsitekturnya merupakan gubahan baru yang mengambil model dari tradisi para wali dengan membubuhkan corak universal arsitektur Islam perpaduan antara arsitektur Jawa, Arab dan Yunani pada bangunan pusatnya dengan menonjolkan kubah utama yang dilengkapi dengan minaret runcing menjulang di keempat sisinya. Menara Masjid Agung Semarang menggunakan teodolit menunjukkan struktur bangunan menara masjid dalam keadaan vertikal atau tidak miring.

Masjid beserta fasilitas pendukungnya terletak di jalan Gajah Raya, Keluarahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari menempati tanah bandha Masjid Agung Semarang seluas 10 ha dengan luas bangunan utama seluas 7.699 meter persegi dan mampu menampung jamaah lebih kurang 13.000 orang.

Masjid ini didirikan pada tanggal 6 September 2002 dan baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Masjid ini juga dilengkapi dengan Convension Hall disebelah kanan, sedang di bagian kiri terdapat perpustakaan modern (digital library). Pelataran Masjid dilengkapi dengan 6 buah payung raksasa yang bisa membuka dan menutup secara otomatis.

Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Semarang juga sebagai objek wisata religius. Terdapat sebuah menara yang dinamakan menara Al Husna yang tingginya kira kira 100 meter dan terdiri atas 19 lantai. Di lantai paling atas terdapat teropong yang disewakan bagi pengunjung yang ingin melihat kota Semarang dari atas.

Disamping bangunan Masjid disini juga dilngkapi fasilitas-fasilitas yang lain seperti : ruang kantor, ruang kursus dan pelatihan, ruang perpustakaan, ruang akad nikah dan auditorium. Dalam uapaya penggalian dana , dalam kompleks juga dibangun galeri pertokoan, ruang kantor yang disewakan, hotel dan toko cinderamata.


Tidak ada komentar: