Dia adalah mawaddah. Aku menunggunya seiring kedewasaan mengiringi langkahku. Aku menunggunya seiring peluhku mengaliri sungai – sungai kehidupan.
Jika ia memang benar – benar pantas maka hatinya Cuma satu dan jari manisnya hanya untuk pemilik hati yang meletakkan cinta dan peluhnya di atas ikrar.
Saat pertama aku menyapamu, sekeping asa kuleakkan pada jawabmu. Pada kedipan pertama yang kau bubuhkan di atas taman cintaku, aku mencari maknanya. Saat sapaan pertama saat itulah kuberikan kata cintaku yang ku bungkus dengan perhatian.
Ini adalah sebuah cinta yang menyimpan harapan untuk hari esok. Ini adalah cintaku padamu melewati sapaan pertama, saat namamu belum terucap. Ini adalah sekeping asa yang ku akan bangun menjadi istana bagimu, diriku nanti. Ini adalah jiwaku, sentuhlah kapan pun engkau mau. Aku mencintaimu melewati sajak tak beranjak.
Sekeping asa telah ku ambil dari matamu melewati gerbang langit, pagi itu. Aku simpang bersama seluruh kepingan asa untuk bersamamu esok. Setiap sujudku ku doakan, “Tuhan Yang Maha Agung dan Bijaksana, jangan buat aku lalai pada-Mu, menjauh dari-Mu. Tunjukkan jalan-Mu agar kuterhindar daridari jalan kelalaian dan menjauh dari-Mu. Jika aku lalai dan menjauh darimu, sesungguhnya akulah orang yang merugi. Aku punya sekeping asa meletakkan cintaku pada sebutir mutiara yang terjaga, hingga surgamu”. Itulah doaku pada Sang Pencipta Cinta dan Keabadian Surga, itulah asaku padamu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar