Kisah ini kembali ku urai
bersama kenangan-kenangan yang pernah terlukiskan dalam memori jiwa… Saat
semuanya terasa menyesakkan dada, ketika semuanya tak bisa lagi terlukiskan
lewat kata-kata.
Aku hanya bisa terpaku meratapi… Secebis rasa yang mesti ku akhiri. Penuh luka
dan bersimbah air mata, namun tetap harus dijalani. Meski aku tak pernah
meminta ini untuk terjadi.
Percikan iman membuatku begitu yakin atas keputusan ini.. mungkin ini memang jalan
terbaik untuk kita. Untuk perjalanan yang telah kita lalui berdua, tanpa adanya
Ridho Ilahi.
Kau hadir mengisi kehidupanku. Kau ketuk pintu hatiku, yang membuatku enggan
berpaling dan menjauh darimu. Kau hadirkan bunga-bunga asmara antara kita. Hingga sampai saat dimana
ku tersadar, entah jalan apa yang sedang kulalui ini. Tanpa petunjuk mana yang
benar dan mana yang salah.. karena semua masih nampak abu-abu, belum jelas
ujung dari semua ini.
Ku katakan aku telah siap! Mengarungi hidup bersamamu. Pun ku yakin kau siap
dengan semua yang terjadi pada kita. Apalagi yang membuatku tak yakin, bahwa
kau adalah yang terbaik bagiku? Sementara semuanya begitu indah di jalani
bersama, meski masih ilegal.
Kau selalu memberikan harapan serta angan yang entah berujung pada akhir yang
bahagia atau sebaliknya, berakhir pada duka nestapa karena telah tersia-sia
waktu yang kita lewati bersama.
Ayolah.. apalagi yang membuat kau bungkam. Kau tak pernah sedikitpun mengucap
untuk segera menikahiku.. Padahal sikapmu begitu yakin bahwa akulah yang
terbaik untukmu. Tapi mengapa sampai saat ini, kau belum juga mendatangi orang
tuaku, sementara jauh sebelumnya kau telah mengetuk pintu rumah hatiku, meminta
izin masuk namun hanya berani sampai beranda rumah hatiku. Kenapa keberanianmu
belum ada?
Tutur katamu manis.. Tapi tak semanis janji-janji yang kau janjikan padaku! Tak
terasa, detik demi detik kita jalani bersama, tanpa ada kepastian yang jelas,
apa maumu sebenarnya?
Sampai pada kesimpulan.. Belum ada keberanian untuk melangkah. Dengan berbagai
alasan yang menjadi pertimbangan, seolah berat sekali ketika kau akan
menikahiku padahal terasa enteng jika kita lewati semua ini dalam
ketidakhalalan.
Astaghfirullah!
Ku putuskan, setelah aku tersadar dan terbangun dalam impianku selama ini..
Hanya ada dua pilihan yang meski ini berat namun harus segera ku ambil langkah,
sebab menunggu keputusan darimu tak membuatku bersabar dan akan semakin
menjerumuskanku dalam genangan-genangan dosa tak berujung. Ya..!! Benar. Entah
mungkin akan berakhir atau akan di akhiri, itulah yang sedang ku mintakan
petunjuk pada-Nya.
Maafkan...
Karena aku belum bisa memberi seperti apa yang telah engkau beri padaku. Bukan
soal cinta, bukan soal rasa. Sebab bagiku kedua hal itu telah menjadi momok
dalam pikiranku. Aku tak boleh mudah terpancing dengan dua hal tersebut karena
justru itu akan membuatku semakin jatuh dan terpuruk seperti dahulu.
Jangan pernah kau katakan cinta padaku, sebelum kau berani menghadap kedua
orang tuaku. Ahh, sudah lelah dengan kata 'Berani'. Memang tidak seharusnya aku
mengatakan hal itu kepadamu... Siapalah aku ini sehingga bisa membuatmu berani
untuk menikahiku?
Sekarang bahkan rasa itu kian menipis. Mungkin karena sudah bosan aku memiliki
rasa terhadapmu. Kau katakan aku tidak bersabar? Bisa saja. Aku memang tidak
sesabar dirimu, yang entah dengan alasan apa kau mampu bersabar menantiku.
Padahal jauh lama sudah, pintu hatiku telah terbuka untukmu.
Maaf. Aku ingin tetap menjaga hatiku, sedikitpun tak ingin terkotori oleh
sebuah rasa ini. Ya, ternyata lagi-lagi aku berhadapan dengan yang namanya
sebuah perasaan. Entah bagaimana aku mampu menghadapinya. Entah cara apa lagi
yang akan ku lakukan. Semua ku pasrahkan...
Segala yang hadir bagai setitis air mata seulas senyuman. Dan, kemudian jiwa
jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas
bagai segumpal mega diatas pergunungan. Suka dan duka, bagai sebuah
perjalanan... Dan bermuara pada kebahagiaan. Menuju pada keindahan dan
kecintaan Tuhan saja...
Atas nama cinta dan demi menjaga keutuhan cinta kita kelak, bila takdir
bersama..... Allah kan
persatukan...
Biarkan aku yang mengundurkan diri.
Dari kehidupanmu, kini..
Arsip : Renungan N Kisah Inspiratif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar