VIVAnews - Himalaya adalah barisan pegunungan di Asia yang memisahkan anak benua India dari dataran Tibet. Di sana, terdapat salah satu tujuh puncak dunia, yakni Gunung Everest dengan ketinggian 8.848 meter.
Sudah jadi pengetahuan umum, Himalaya tidak berdiri menjulang dengan sendirinya. Tumbukan dua benua kunolah yang mendorong Himalaya naik dari permukaan Bumi.
Namun, tak banyak yang tahu, bahwa di bawah tanah Himalaya terdapat puing-puing yang menghujam Bumi -- yang menguak misteri pembentukan Himalaya.
Seperti dimuat laman Live Science, tubrukan benua terjadi sekitar 90 juta tahun yang lalu.
Ibarat tabrakan antara kendaraan besar beroda 18 dengan mobil pick up yang lebih kecil, lempeng Asia yang lebih besar memaksa lempeng India ringsek masuk ke dalam mantel Bumi.
Dalam proses itu disebut subdiksi, lempeng India terbenam setidaknya 250 kilometer ke dalam permukaan Bumi -- demikian diungkap dalam Jurnal Geologi edisi Mei 2010. Perkiraan ini dia kali lebih besar dari estimasi sebelumnya.
"Subduksi kerak benua ke kedalaman Bumi belum pernah dilaporkan sebelumnya dalam kasus Himalaya. Ini adalah kasus yang langka di dunia," kata salah satu penulis, Anju Pandey dari Pusat Oseanografi Nasional di Southampton, Inggris.
Situs tabrakan antarbenua ini lalu membentuk akar Himalaya. Para peneliti menemukan, retakan di bebatuan pegunungan menemukan mineral yang disebut majorite -- yang terbentuk sekitar 200 kilometer di bawah permukaan Bumi.
Mineral inilah yang memungkinkan para peneliti menentukan kedalaman kerak benua India yang terbenam.
Majorite adalah mineral yang stabil pada kondisi tekanan ultra-tinggi. Fungsinya seperti spons oksigen yang menjaga Bumi dari kekeringan dan tidak ramah huni -- seperti kondisi Planet Mars.
Saat kerak benua terus menerus bergeser, majorite tertarik ke permukaan bumi -- dalam kondisi rusak dan melepas oksigen selama berjuta-juta tahun.
Para peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa tabrakan lempeng benua mendorong pembentukan gunung, menimbulkan letusan gunung berapi, dan memicu gempa bumi. Namun, detil dari apa yang sebenarnya terjadi usai tubrukan, apa yang terjadi di bawah mantel Bumi, masih jadi perdebatan panas.
"Temuan kami signifikan karena para peneliti masih tidak sepakat soal kedalaman subduksi lempeng India di bawah lempeng Asia," kata Pandey.
Apalagi, perkiraan sebelumnya bertolak belakang dengan perkiraan berdasarkan model komputer.
Hasil penelitian baru menunjukkan bahwa lempeng India tenggelam dengan kedalaman sekitar dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
"Hasil penelitian kami yang didukung oleh model komputer dan secara radikal akan meningkatkan pemahaman kita tentang subduksi dari lempeng benua India yang membentuk Himalaya," kata Pandey.
Penemuan baru diharapkan bisa berubah cara berpikir peneliti tentang basis tektonik Himalaya, seperti tingkatan perkembangan Himalaya. (sj)
Sudah jadi pengetahuan umum, Himalaya tidak berdiri menjulang dengan sendirinya. Tumbukan dua benua kunolah yang mendorong Himalaya naik dari permukaan Bumi.
Namun, tak banyak yang tahu, bahwa di bawah tanah Himalaya terdapat puing-puing yang menghujam Bumi -- yang menguak misteri pembentukan Himalaya.
Seperti dimuat laman Live Science, tubrukan benua terjadi sekitar 90 juta tahun yang lalu.
Ibarat tabrakan antara kendaraan besar beroda 18 dengan mobil pick up yang lebih kecil, lempeng Asia yang lebih besar memaksa lempeng India ringsek masuk ke dalam mantel Bumi.
Dalam proses itu disebut subdiksi, lempeng India terbenam setidaknya 250 kilometer ke dalam permukaan Bumi -- demikian diungkap dalam Jurnal Geologi edisi Mei 2010. Perkiraan ini dia kali lebih besar dari estimasi sebelumnya.
"Subduksi kerak benua ke kedalaman Bumi belum pernah dilaporkan sebelumnya dalam kasus Himalaya. Ini adalah kasus yang langka di dunia," kata salah satu penulis, Anju Pandey dari Pusat Oseanografi Nasional di Southampton, Inggris.
Situs tabrakan antarbenua ini lalu membentuk akar Himalaya. Para peneliti menemukan, retakan di bebatuan pegunungan menemukan mineral yang disebut majorite -- yang terbentuk sekitar 200 kilometer di bawah permukaan Bumi.
Mineral inilah yang memungkinkan para peneliti menentukan kedalaman kerak benua India yang terbenam.
Majorite adalah mineral yang stabil pada kondisi tekanan ultra-tinggi. Fungsinya seperti spons oksigen yang menjaga Bumi dari kekeringan dan tidak ramah huni -- seperti kondisi Planet Mars.
Saat kerak benua terus menerus bergeser, majorite tertarik ke permukaan bumi -- dalam kondisi rusak dan melepas oksigen selama berjuta-juta tahun.
Para peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa tabrakan lempeng benua mendorong pembentukan gunung, menimbulkan letusan gunung berapi, dan memicu gempa bumi. Namun, detil dari apa yang sebenarnya terjadi usai tubrukan, apa yang terjadi di bawah mantel Bumi, masih jadi perdebatan panas.
"Temuan kami signifikan karena para peneliti masih tidak sepakat soal kedalaman subduksi lempeng India di bawah lempeng Asia," kata Pandey.
Apalagi, perkiraan sebelumnya bertolak belakang dengan perkiraan berdasarkan model komputer.
Hasil penelitian baru menunjukkan bahwa lempeng India tenggelam dengan kedalaman sekitar dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
"Hasil penelitian kami yang didukung oleh model komputer dan secara radikal akan meningkatkan pemahaman kita tentang subduksi dari lempeng benua India yang membentuk Himalaya," kata Pandey.
Penemuan baru diharapkan bisa berubah cara berpikir peneliti tentang basis tektonik Himalaya, seperti tingkatan perkembangan Himalaya. (sj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar