Dari 10 juta lebih kartu kredit yang ada di Indonesia, dua juta di antaranya sudah dibobol data dan nomor pinnya oleh sindikat pembobol kartu kredit. Nilai transaksi gelap sindikat pembobol itu mencapai Rp 30 miliar rupiah lebih per tahun. Aksi kejahatan sindikat Indonesia bahkan sudah kondang hingga ke mancanegara.
Banyak cara dilakukan oleh para pembobol kartu kredit. Selain dengan cara konvensional yakni membuat duplikat fisik kartunya, ada juga yang memilih membajak data dan membelanjakannya ke toko-toko online melalui jaringan internet. Pembobol kartu kredit biasa disebut carder. Para carder di Yogyakarta memanfaatkan jasa warung dunia maya untuk membobol nomor dan data-data kartu kredit orang lain.
Selain kartu kredit, para pembobol juga mengincar kartu ATM. Maklum kini ATM menjadi salah satu pilihan alat pembayaran yang praktis dan aman. Baik transaksi langsung maupun melalui jaringan internet. Korbannya mulai dari pengusaha hingga artis berkantong tebal. Modusnya adalah memasang alat yang diberi nama skimmer. Alat yang juga dipakai para pembobok kartu kredit.
Skimmer adalah alat verifikasi data saat pemilik kartu melakukan transaksi pembayaran. Saat kartu kredit digesek pada alat ini maka seluruh data akan berpindah dan terekam. Satu skimmer bisa menyimpan data sampai 2.000 kartu. Meski alat ini tergolong canggih, para pembobol biasanya membeli skimmer dengan mudah. Lagi-lagi biasanya mereka membelinya melalui situs belanja online di internet.
Agar tak menjadi korban pembobolan, Anda harus memastikan kartu kredit maupun ATM selalu dalam pengawasan. Jangan beritahu nomor ke sembarang orang terutama sekali tiga digit nomor terakhir di belakang kartu. Menenteng uang cash dalam jumlah besar jelas tak aman. Tapi memakai alat pembayaran modern yang canggih ternyata tak sepenuhnya terjamin keamanannya. Sigi 30 Menit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar